Percakapan Blog

Just another WordPress.com weblog

Archive for Oleh; Bayu Krisnamurthi

Forum PERCAKAPAN XXIV “Bangga dan Bertindak sebagai Indonesia yang Besar”

Ada suasana agitatif dalam “Forum Percakapan” edisi 17 April 2012. Namun, ini bukan mendorong aksi anarki, melainkan mampu mempompa semangat optimisme dan kepercayaan diri peserta sebagai bangsa Indonesia yang besar. Mengangkat tema: “Bangga dan Bertindak sebagai Indonesia yang Besar,” Forum menghadirkan Bapak Bayu Krisnamurthi – Wakil Menteri Perdagangan yang sebelumnya menjabat Wakil Menteri Pertanian dari periode 2009 – 2011. Dalam dialog yang dipandu Konsultan Senior DDI Aditya Sudarto, ia begitu bersemangat ketika menceritakan pengalaman mempromosikan produk dan jasa di dalam kancah perdagangan global.

Tanpa didasari, penuturan Doktor Program Studi Ekonomi Pertanian IPB itu, menyentak rasa kebangsaan kita sebagai sebuah bangsa yang besar yang perlahan-lahan semakin luntur di tengah masyarakat. Itu bisa dipahami ketika berita tentang Indonesia yang muncul di media – khususnya dari media internasional, justru kabar-kabar yang citra bangsa ini makin terpuruk. Bencana, praktik korupsi yang makin akut di masyarakat, atau pelecehan tenaga kerja Indonesia utamanya tenaga kerja wanita di luar negeri adalah sebagain materi promosi buruk yang kerap diangkat media. Pasar bebas, di sisi lain, mendorong membanjirnya investasi dan impor produk-produk asing ke dalam negeri. Asing menguasai kepemilikan perusahaan-perusahaan strategis, mulai dari perbankan, pertambangan, sampai jaringan retail produk konsumsi. Kondisi ini memunculkan kesan betapa lemah dan rentannya bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan ekonomiu global.

Sudut pandang berbeda disuarakan Bapak Bayu. Sebagai birokrat yang bertanggungjawab untuk menggenjot produk dan jasa Indonesia di tingkat internasional, ia mlah melihat Indonesia semakin disegani dan diperhitungkan dalam kancah global. Pak Bayu tidak minder dan justru bangga menjadi bagian bagian bangsa Indonesia. Ia lalu menguraikan pengalaman memimpin negosiasi perdagangan dengan para pejabat dan pelaku bisnis Afrika Selatan pada dalam 9-14 April 2012, dalam acara: Indonesia Night yang diselenggarakan di Cape Town, Afrika Selatan (Afsel). Peran Negeri Nelson Mandela tersebut sangat stratagis diantara negara-negara lain di ujung selatan Benua Afrika. Perekonomian dan standar kehidupan masyarakat Afsel pun relatif tidak berbeda jauh dibandingkan negara maju. Namun, pejabat-pejabat Afsel tersebut mengakui kebesaran Indonesia sebagai pemimpin ASEAN dan Dunia Islam.

Mungkin ini sekadar sopan santun diplomatis dalam sebuah negosiasi bisnis antar bangsa. Yang pasti, hasil akhir negosiasi yang dijalankan, Pak Bayu mampu menghasilkan sejumlah kesepakatan yang menguntungkan neraca perdagangan Indonesia. Pemerintah Afsel bersedia menurunkan tarif ekspor sejumlah produk dan komoditi Indonesia setelah pemerintah Indonesia mendorong Pertamina membuka cabang dan gudang pengemasan di Afsel. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan antara kedua negara berada pada posisi surplus untuk Indonesia. Pemerintah Afsel memang menawarkan kemudahan bagi negara-negara yang bersedia menanamkan investasi di negeri ini menyusul tetap tingginya tingkat pengangguran di sana. “ Indonesia tidak akan mendapat keistimewaan penurunan tarif jika tidak smart dan percaya diri dalam melaksanakan negosiasi,” katanya.
Masih dalam rangka untuk mengangkat citra Indonesia di tingkat global, pada kesempatan “Forum Percakapan” kali ini juga menghadirkan tim pendaki gunung perempuan Indonesia yang akan menjelajahi Kutup Selatan pada 14-30 Desember 2012 mendatang. Mereka adalah Ami KMD Saragih (48 tahun, psikolog, ibu 2 anak), Amalia Yunita (44 tahun, wiraswasta, ibu 3 anak), Veronica Moeliono (48 tahun, pegawai swasta, ibu 1 anak), Diah Bisono (46 tahun, wiraswasta, ibu 3 anak), dan Miranda Wiemar (43 tahun, akuntan, ibu 1 anak).

Tujuan akhir ekspedisi para ibu yang tergabung dalam Yayasan Lupus Indonesia adalah berhasil menancapkan bendera dwiwarna: merah-putih di ke jantung benua Antartika. Tidak hanya itu, mereka sekaligus membawa pesan mulia: mengkampanyekan kesadaran masyarakat akan bahaya Lupus. Penyakit yang sebagian besar menyerang kaum perempuan tersebut, sampai saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Perhatian khusus dari Pemerintah pun masih belum optimal sehingga korban terus meningkat karena kurangnya informasi. Daya Dimensi Indonesia turut mendukung misi mulia tim pendaki perempuan Indonesia untuk menjelajahi kawasan kutup selatan. Jika tersentuh dan tergerak untuk mensukseskan misi mulia ini, Anda dapat menghubungi DDI untuk berkontribusi lebih jauh. Tentu dengan tujuan akhir bangsa Indonesia semakin besar dan diperhitungkan diantara bangsa-bangsa di dunia ini. (Teguh A).